Aktivitas penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Ini ditandai dengan adanya pelabuhan yang cukup besar untuk melayani pulau-pulau di sekitarnya. Pulau yang dianggap sebagai “Singapura-nya Madura” ini juga merupakan kantor kecamatan bagi delapan pulau (sembilan desa) di sekitarnya. Pulau-pulau yang luas wilayahnya lebih besar dibandingkan Sapeken, malah menjadi desa-desa di bawah kekuasaan Camat Sapeken.
Sembilan desa itu adalah Desa Sekala di Pulau Sekala, Desa Pagerungan Besar di Pulau Pagerungan Besar, Desa Pagerungan Kecil di Pulau Pagerungan Kecil, Desa Tanjung Kiaok dan Desa Sepanjang di Pulau Sepanjang, Desa Sasiil di Pulau Sasiil, Desa Sapeken di Pulau Sapeken, Desa Sabuntan di Pulau Sabuntan dan Desa Paliat di Pulau Paliat. Desa Sapeken yang secara langsung menjadi wilayah Pulau Sapeken (Kecamatan) terdiri dari Dusun sawur, Dusun Saebus, Dusun Sadulang Besar, Dusun Sadulang Kecil, Dusun Saulan dan Dusun Sitabok. Sarana transportasi untuk mengunjungi Pulau Sapeken berupa kapal perintis yang melayani rute Kalianget-Masalembu-Kangean-Sapeken-Bayuwangi seminggu sekali dengan lama perjalanan sekitar 12 jam.
Meski pertumbuhan ekonominya tergolong tinggi, kita jangan membayangkan terdapat mobil di sana. Alat transportasinya menggunakan becak dan sepeda motor. Untuk nelayan, menggunakan gerobak-gerobak kecil untuk mengangkut hasil tangkapan ikannya ke pasar-pasar tradisional. Untuk kebutuhan hidup di Sapeken, masyarakat membelinya dari Banyuwangi. Ini karena lebih dekat dibandingkan dari Kalianget (Sumenep-Madura,red). Hanya membutuhkan perjalanan selama 6-9 jam sudah sampai Banyuwangi.
Jalan-jalan utama desa di Pulau Sapeken umumnya sudah banyak yang diaspal atau dipaving. Kita juga tidak akan kesulitan jika membeli makanan yang biasanya dijual di Pulau Jawa, seperti depot nasi Padang, soto atau sate Madura, dan makanan khas Jawa lainnya. Tetapi sayang, tenaga listrik di sini hanya bisa dinikmati setelah menjelang mentari tenggelam atau sore sampai pagi.
Hanya sebagian masyarakat yang kehidupannya kaya, mempunyai genset atau aki sendiri untuk menyalakan listrik selama 24 jam. Hal ini terjadi di sebagian Kepulauan Kangean. Memang kehidupan di Pulau Sapeken dan Pulau Sepanjang maju perekonomiannya, karena di sana ada kegiatan eksplorasi minyak oleh Energi Mega Persada (EMP) Kangean LMTD.
Pulau Sapeken termasuk salah satu pulau di Kepulauan Kangean. Sedangkan Kepulauan Kangean merupakan bagian dari gugusan kepulauan di wilayah Kabupaten Sumenep, Madura. Pulau ini terletak di 6˚46′-7˚6′ LS dan 115˚10′- 115˚44′ BT. Luas pulau ini dan kepulauan sekitarnya sebesar 64.500,95 hektare. Pulau-pulau yang termasuk di wilayah ini adalah Pulau Sapeken, Pulau Mamburit, Pulau Paliat, Pulau Saubi, Pulau Sepapan, Pulau Sabuntan, Pulau Sepangkur, Pulau Saor, Pulau Saebus, Pulau Sasiil, Pulau Bangkao, Pulau Sadulang Kecil, Pulau Sadulang Besar, Pulau Pagerungan Besar, Pulau Pagerungan Kecil, dan Pulau Sepanjang.
Berdasarkan hasil survei cepat terintegrasi oleh Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Bakosurtanal di Kepulauan Kangean pada 2003, diketahui gugusan kepulauan di wilayah Kabupaten Sumenep, Madura ini kaya akan hutan mangrove (bakau) dan terumbu karangnya. Potensi hutan mangrove seluas 6.048,08 hektare, terumbu karang 12.932,64 hektare, tambak 2.577,24 hektare dan pertanian lahan kering 14.391,08 hektare.
Terumbu karang di Pulau Sepangkur, Kecamatan Sapeken, menurut hasil interpretasi citra menunjukkan hampir 50% jumlah luasan terumbu karang di Madura dan Kangean ada di pulau ini dan sekitarnya. Besarnya nilai kekayaan alam sebagai dampak dari sumber daya terumbu karang. Hutan mangrove di daerah ini meliputi 83% dari luas hutan mangrove di Jawa Timur. Kontribusi hutan ini bagi pendapatan daerah dapat diperoleh dalam bentuk kayu untuk bahan bangunan, kayu bakar, pupuk, obat-obatan dan sebagai tempat pariwisata. Kondisi hutan mangrove di Pulau Kangean yang masih baik tinggal 59% atau seluas 3.833,20 hektare.
Salah satu penyebab kerusakan hutan mangrove adalah pembukaan lahan untuk tambak. Kerusakan lahan ini karena tidak direhabilitasi lagi, malah dibiarkan. Diharapkan ke depan, konservasi hutan mangrove ke tambak, sebaiknya mempertimbangkan studi kelayakan (AMDAL).
Hutan mangrove (perhitungan nilai ekonomi dan identifikasi manfaat yang dilaksanakan akhir tahun 2003, Bakosurtanal), lebih baik digunakan sebagai pelindung abrasi disbanding hanya sebagai penghasil kayu bangunan. Apalagi, jika hanya dimanfaatkan sebagai pariwisata dan perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat belum memanfaatkan secara optimal dan lestari. Belum lagi, ikan laying yang dijadikan ikan asin di Pantai Nyamplong di Pulau Kangean sebelah utara. Berdasarkan penelitian Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, potensi lestari ikan di Kangean sebesar 1.261,81 ton/tahun.
Selain kekayaan terumbu karang dan hutan mangrove, pantai utara di Pulau Kangean juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata yang lebih besar. Potensinya berupa pemandangan indah, dengan pantai berpasir putih. Bagaikan mutiara di hamparan permadani biru yang sedap dipandang mata. Wah…mengagumkan bukan?. Saat ini Pulau Kangean dan pulau-pulau kecil di sekitarnya telah menjadi tujuan pariwisata, terutama wisatawan asing yang menyukai wisata alam yang masih natural (asli). Penyelenggara perjalanan wisata ini terutama berasal dari Bali, karena lokasinya lebih mudah dijangkau dari Pulau Bali, yakni hanya sekitar 6-9 jam dengan menggunakan kapal pesiar kecil. Jika anda penasaran dengan keindahan alam laut Pulau Sapeken, silahkan mencoba datang.!